Artikel

IBU SALEHAH

Written by admin.piisei July 16, 2020 0 comment

Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Siapa orang yang paling pantas untuk mendapatkan aliran kebaikan yang saya lakukan?” Rasulullah menjawab, “Ibumu!”

Sahabat itu kembali bertanya, “Lalu siapa setelah itu?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.”

Sahabat tu bertanya lagi, “Kemudian siapa?” Rasulullah menjawab, “Ibumu.” Lalu, setelah itu siapa wahai Rasul?” Rasul SAW menjawab, Ayahmu.”

          Ibu memiliki kontribusi besar dan signifikan dalam membentuk perkembangan agama dan psikolog anak. Ditangan Ibu, warna akhlak dan karakter anak berada. Seorang ibu yang baik akan mencetak anak yang baik. Ibu yang jujur akan mengalirkan nuansa kejujuran pada anak-anaknya. Ibu yang salehah akan memberi warna kesalehan pula pada anaknya.

          Dari hadis di atas telah jelas bahwa Rasulullah mengatakan, manusia paling pantas untuk diperlakukan dengan sebaik-baiknya itu adalah Ibu. Dan Nabi yang mulia itu mengulanginya hingga tiga kali. Suatu gambaran nyata bahwa ibu demikian berarti bagi seorang anak.

          Anak-anak yang hancur secara moral, biasanya disebabkan oleh buruknya moral sang Ibu. Anak-anak yang cacat mental, biasanya karena ibunya telah menularkan penyakit mentalnya itu kepada anak-anaknya.

          Tapi, di belakang kesuksesan seseorang, pasti ada peran besar ibunya. Hafizh Ibrahim, seorang penyair asal Mesir, pernah berkata, ibu ádalah madrasah kehidupan yang bukan hanya melahirkan anak secara biologis, melainkan juga melahirkan generasi. Satu bangsa yang berkualitas bisa dilihat dari kualitas perempuan yang ada di negeri itu. Ibu bagi status bangsa merupakan tiang penyangga berdirinya bangsa itu.

          Syekh Abdul Dador Jailani, seorang ulama sufi terkena, tatkala mau berangkat menuntut ilmu, ibunya berpesan agar dia berlaku jujur dalam kondisi apa pun. Ibunya memberikan bekal uang sebanyak 10 dinar.

          Dalam perjalanannya, ia dihadang oleh para perampok. Perampok itu bertanya apakah dia punya uang atau tidak. Syekh Abdul Qadir dengan jujur menjawab bahwa dia punya uang sebanyak 10 dinar sebagai bekal perjalanan yang diberikan ibunya.

          Awalnya perampok itu tidak percaya. Namun, setelah ditunjukkan tempat uang itu berada maka sang perempok terkejut dan kagum dengan kejujurannya. Dan, berkat sikap inilah kemudian para perampok itu kembali ke jalan benar dan menjadi murid setia sang wali.

          Cerita serupa terjadi di Jakarta. Seorang office boy Bank Syariah Mandiri (BSM) menemukan uang senilai Rp. 100 juta di tong sampah. Karena dia tak pernah mempunyai uang sebesar itu ia laporkan kepada petugas keamanan bank tersebut.

Dan setelah dicek, ternyata uang tersebut merupakan uang nasabah dari bank tersebut. Atas upayanya itu, dia diberikan rezeki oleh pimpinan banknya. Dan kejujuran yang dilakukan seorang OB itu, tak lepas dari peran ibunya.

          Seorang Ibu yang saleh adalah nikmat dunia. Dia akan menjadi penopang keluarga agar kokoh. Dia menjadi tulang punggung moral anak-anaknya agar tidak bengkok dan melenceng. Maka, pemberdayaan perempuan merupakan suatu keniscayaan, agar moralitas anak terjaga, agar suami bahagia, dan bangsa berdaya.

  • Ustad Samson Rahman

Leave a Reply

Your email address will not be published.